Bumi Laskar Pelangi…Belitung (IV)

WP_20140418_16_33_14_Pro_wm

” Pantai Tanjung Binga “

Langit sore mulai menampakkan wajahnya. Matahari mulai bergerak ke ujung barat tempat dia bersiap terbenam dalam langit senja. Motor yang saya kendarai terus bergerak menyusuri jalanan Belitung menuju ke utara Kota Tanjung Pandan. Tepatnya ke arah Kecamatan Sijuk. Selepas mengunjungi Belitung Timur, dengan masih adanya waktu sebelum malam menjemput. Bersama dua orang teman saya, perjalanan masih kami lanjutkan mengunjungi Pantai Tanjung Binga dan Pantai Bukit Berahu. Di pantai ini kami berencana untuk melihat keindahan matahari terbenam atau sunset.

Tanjung Binga sebenarnya merupakan sebuah perkampungan nelayan tradisional. Berjarak kurang lebih 20 km ke arah utara dari Kota Tanjung Pandan, searah dengan Pantai Tanjung kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi. Nama pantai diambil dari nama Desa Tanjung Binga. Sebagian besar warga kampung nelayan di Tanjung Binga bukan merupakan warga asli Belitung, tetapi warga pendatang dari Pulau Sulawesi yaitu Suku Bugis. Maka kadang kampung ini disebut kampung nelayan bugis. Kampung nelayan ini merupakan penghasil ikan asin terbesar di Belitung.

WP_20140418_16_33_46_Pro_wm

” Tanjung Binga merupakan perkampungan nelayan Suku Bugis “

Menuju Pantai Tanjung Binga, akan melewati belokan ke arah Pantai Bukit Berahu. Jadi kedua pantai ini masih dalam satu wilayah yang berdekatan. Memasuki perkampungan nelayan dengan lebar jalan yang tidak terlalu besar, akan disambut deretan rumah-rumah nelayan sederhana. Pemandangan khas kampung nelayan yaitu ikan-ikan hasil tangkapan yang dijemur di pinggir-pingir jalan. Ikan-ikan tersebut yang akan dijadikan ikan asin, sebagai komoditi utama dari kampung ini. Kapal-kapal nelayan terlihat berjajar dan bersandar dengan tenang di sepanjang pantainya.

WP_20140418_16_33_52_Pro_wm

” Sore hari di Tanjung Binga “

Jalan terus melewati perkampungan sampai menemukan sebuah dermaga panjang yang menjorok ke laut dengan lampu-lampunya yang cantik. Motor langsung kami arahkan menuju ke ujung dermaga. Sepanjang dermaga sudah diberi pengaman dengan pagar besi, kecuali di ujung dermaga. Suasana sore di dermaga lumayan ramai. Di dominasi oleh warga yang sedang asyik dengan joran pancingnya, tidak ketinggalan muda mudi dan anak-anak kecil yang lagi asyik bermain dan menikmati suasana sore. Kami pun bergabung dengan mereka, ikut merasakan dan menikmati suasana sore di Tanjung Binga.

WP_20140418_16_37_28_Pro_wm

” Ujung Dermaga Tanjung Binga “

Dari ujung dermaga, saya bisa melihat bentangan laut biru di depan mata. Menyatu dengan langit biru di ujung horizon yang mulai menguning menuju senja. Terlihat beberapa pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar Tanjung Binga. Saya perhatikan kawasan Pantai Tanjung Binga ini membentuk sebuah teluk. Menatap ke belakang, terlihat pemandangan deretan rumah-rumah nelayan dengan barisan pohon kelapanya sepanjang Pantai. Terdapat juga rumah kayu kecil di atas laut dengan tiang-tiang kayu pancang sebagai penopang dan juga penghubung ke daratan membentuk semacam dermaga sederhana. Saya kurang tahu fungsi dari rumah kayu tersebut.

WP_20140418_16_45_58_Pro_wm

” Dermaga dengan tiang lampu yang cantik “

Waktu semakin beranjak sore, warna jingga senja di langit mulai bermunculan. Matahari semakin bergeser ke arah barat. Puas menikmati pemandangan dan suasana sore di Pantai Tanjung Binga, motor kami kembali begerak meniti dermaga yang kemudian melewati perkampungan nelayan menuju ke pantai terakhir dalam rencana kami, yaitu Pantai Bukit Berahu yang letaknya bertetanggaan dengan Pantai Tanjung Binga.

WP_20140418_16_50_27_Pro_wm

” Keceriaan anak-anak Tanjung Binga “

Sesuai dengan namanya, untuk menuju ke Pantai Bukit Berahu harus melalui jalan yang sedikit menanjak ke arah bukit. Nantinya kita akan bertemu dengan papan nama dan sebuah pintu gerbang. Memasuki pantai ini ada tiket masuknya. Saya lupa harga tiket masuknya yang pasti murah meriah. Bukit Berahu merupakan sebuah pantai di dalam sebuah resort. Jadi untuk menuju ke pantai, kita masuk melalui resort tersebut. Resort ini berada diatas bukit dengan pemandangan lautan lepas yang indah.

WP_20140418_17_22_51_Pro_wm

” Pasir putih Pantai Bukit Berahu “

Sampai di atas bukit, bangunan resort langsung menyambut. Motor kami parkir tepat di halaman depan resort. Tanpa berlama-lama lagi, kami langsung menuju pantai dengan menuruni puluhan anak tangga berpagar besi. Tepat ditengah turunan tangga terdapat dua buah gazebo di kiri kanan untuk bersantai atau sekedar melepas lelah sewaktu menaiki anak tangga. karena memang bukit ini lumayan tinggi.

Begitu menginjakkan kaki di anak tangga terakhir, pemandangan indah tersaji di depan mata. Dibawah rindang pohon yang menaungi, terlihat lautan biru dengan ombak yang tenang dan pasir putih yang lembut di sepanjang pantainya. Beberapa kapal nelayan terlihat di tengah lautan. Garis pantainya tidak terlalu panjang. Di sebelah ujung kanan dan kiri dibatasi tumpukan batu-batu granit. Batu granit di pantai ini tidak sebesar yang ada di Pantai Tajung Tinggi.

WP_20140418_17_12_54_Pro_wm

” Garis pantai yang dibatasi batuan granit “

Suasana Pantai Bukit Berahu terasa romantis, karena berada di area resort jadi serasa pantai pribadi. Pantainya pun bersih dan terawat. Di tambah adanya bangunan cottage yang tepat menghadap ke arah laut. Ada empat buah cottage yang bisa disewa oleh pengunjung. Dengan suasana yang tenang dan sepi pada malam hari, cocok buat pasangan yang baru menikah alias pengantin baru untuk berbulan madu. Rasanya jadi pengen cepat nikah dan mengajak pasangan saya berbulan madu disini.

WP_20140418_17_03_19_Pro_wm

” Cottage di Pantai Bukit Berahu “

Selain wisatawan lokal, terlihat juga wisatawan asing sedang asik menikmati suasana sore di Pantai Bukit Berahu. Mereka menikmati sore dengan asik tiduran di atas pasir putih dibawah rindang pohon, yang perempuan terlihat mengenakan bikini yang seksi. Ada satu pasangan yang sedang asik berenang di laut sambil bermesraan.

WP_20140418_17_08_54_Pro_wm

” Pasir putih yang cantik “

Langit senja semakin menampakkan wujudnya. Dan diantara awan sore, matahari bersiap memberi pemandangan cantik dengan sunsetnya di sore terakhir kami di Pulau Belitung. Mengingat besok saya sudah harus kembali ke Jakarta. Perlahan-lahan matahari tenggelam dalam langit senja. Semburat warna kuning jingga menghiasi langit yang sudah mulai memudar warna birunya. Keberadaan kapal-kapal nelayan di tengah lautan menambah cantik sunset sore itu.

WP_20140418_17_09_07_Pro_wm

” Matahari senja tertutup awan “

Kami bertiga duduk di atas batu granit menikmati pemandangan senja, memberi penghormatan terakhir bagi sang surya di pulau yang indah ini. Begitu senja berlalu dan matahari tenggelam dalam peraduan, kami beranjak pulang kembali ke Kota Tanjung Pandan. Mengakhiri satu hari yang sangat berkesan.

WP_20140418_17_43_32_Pro_wm

” Matahari senja “

Hari terakhir saya di Belitung, masih ada waktu untuk berkeliling di sekitar Kota Tanjung Pandan. Karena jadwal keberangkatan pesawat pada sore hari. Tanjung Pandan juga memiliki beberapa tampat wisata yang patut untuk di kunjungi. Setelah check out dari penginapan, kami langsung menuju ke arah bandara. Disana terdapat sebuah danau cantik bekas galian tambang, yaitu Danau Kaolin. Saya berpisah dengan teman baru saya dari Bandung yang sudah 2 hari ini menemani berpetualang di Belitung.

WP_20140419_08_04_58_Pro_wm

” Suasana pagi di Danau Kaolin “

Menuju Danau Kaolin tidak membutuhkan waktu yang lama dari Kota Tanjung Pandan, sekitar 10 menit menggunakan motor. Tinggal arahkan motor menuju arah bandara, sampai ketemu pertigaan Jalan Murai. Belok kiri di pertigaan tersebut, sekitar 500 meter akan terlihat lubang-lubang bekas galian kaolin, persis di pinggir jalan. Di sebelah kanan akan terlihat lubang yang paling besar dengan airnya yang berwarna biru. Danau hanyalah sebutan saja untuk lebih mempromosikan sebagai tempat wisata.

WP_20140419_08_08_29_Pro_wm

” Warna biru yang cantik “

Sekilas Danau Kaolin ini mirip dengan Kawah Putih yang ada di Bandung. Cuma bedanya disini tidak akan tercium bau belerang yang menyengat. Saya sangat takjub dengan warna biru airnya yang begitu indah, dengan tebing tanah disekelilingnya yang berwarna putih bersih membuat perpaduan warna yang cantik. Ditambah sinar matahari pagi yang cerah membuat warna biru air danau seakan menyala. Alam telah membuat lubang bekas galian kaolin ini menjadi indah dan bernilai. Sebelumnya hanya lubang yang telah ditinggalkan sekarang menjadi magnet bagi wisatawan, menarik dengan keindahannya.

WP_20140419_08_08_48_Pro_wm

” Danau Kaolin yang mempesona “

Tapi bagaimanapun juga lubang bekas tambang sebaiknya di pulihkan kembali atau di reboisasi, agar lingkungan tidak semakin rusak. Miris juga melihat tanah di Pulau Belitung begitu banyak lubang bekas galian yang ditinggalkan begitu saja. Mungkin ada ratusan lubang yang tersebar di Belitung yang butuh reboisasi untuk mengembalikan tanah belitung kembali hijau. Mengingat kejayaan timah sudah berlalu, sudah saatnya reboisasi digalakkan kembali sejalan dengan pengembangan pariwisata.

Dari Danau Kaolin, kami kembali menuju Tanjung Pandan. Mengunjungi tempat yang menarik yaitu Museum Tanjung Pandan. Museum ini berada di pusat kota, tidak sulit untuk menemukannya. Bangunan museum menempati sebuah bangunan tua dengan halaman yang luas. Memasuki museum akan diajak mengenal Belitung lebih jauh. Banyak peningalan-peninggalan dari kerajaan di Belitung tempo dulu. Peninggalan dari Bangsa Tiongkok dan harta karun dari kapal tenggelam yang ditemukan di perairan Belitung. Bisa melihat tentang sejarah penambangan timah. Ada juga koleksi fosil hewan seperti ikan, buaya dan gading gajah. Yang unik, di bagian belakang museum yang luas terdapat sebuah kebun binatang mini dengan koleksi satwa yang lumayan banyak.

WP_20140419_09_55_50_Pro_wm

” Mie Atep, Mie khas Belitung yang nikmat “

Setelah puas menjelajahi Museum Tanjung Pandan, rasa lapar membuat kami membelokkan arah tujuan. Rencana mau langsung menuju Pantai Tanjung Pendam, terpaksa ditunda dulu untuk urusan perut. Salah satu makanan yang wajib di coba di Tanjung Pandan adalah Mie Atep. Kami langsung bergerak menuju ke sana, yang tempatnya di sekitaran Tugu Satam tepatnya di Jalan Sriwijaya. Kami langsung memesan 2 porsi mie atep. Mie dengan kuah kari udang yang kental, rasanya dijamin mantap jaya.

Selesai urusan perut, langsung menuju ke tujuan terakhir dari liburan kami di Belitung yaitu Pantai Tanjung Pendam. Sebuah pantai yang berada di pusat Kota Tanjung Pandan. Begitu memasuki kawasan pantai, suasana sepi. Mungkin karena kami datang tidak di waktu yang tepat. Pantai ini akan ramai pada waktu sore hari, menjadi salah satu spot terbaik untuk melihat sunset. Dan juga menjadi tempat hiburan bagi warga Tanjung Pandan menikmati suasana sore bersama teman atau keluarga.

WP_20140419_10_51_43_Pro_wm

” Salah satu sudut Pantai Tanjung Pendam “

Kawasan Pantai Tanjung Pendam sangat luas, karena memang mempunyai garis pantai yang panjang. Dengan Ombak yang tenang dan juga barisan pohon kelapa dan cemara laut disepanjang pantainya. Membuat pemandangan di pantai ini cukup indah. Bisa dikatakan pantai ini menjadi pusat hiburan bagi warga Tanjung Pandan. Di pantai ini dibangun sarana-sarana hiburan yang lengkap. Banyak terdapat tempat-tempat makan dan tempat penjual cenderamata. Dibangun arena bermain untuk anak-anak. Tidak ketinggalan dibangun pula sebuah panggung untuk acara-acara pertunjukan. Sarana olahraga pun tersedia disini.

Di bagian ujung sebelah kiri pantai, terdapat tempat yang sangat enak buat bersantai. Dengan barisan pohon cemara yang tinggi dan teduh. Banyak terdapat warung-warung sederhana penjual makanan dan minuman ringan, tidak ketinggalan menjual es kelapa muda segar. Disini disediakan bangku dan meja kayu dengan beratap payung. Meja-meja ini tersebar disekitar warung dibawah pohon-pohon cemara yang teduh.

Tak terasa waktu bergulir cepat, kami menghabiskan waktu di pantai ini dengan bersantai di sebuah bangku panjang di bawah pohon cemara. Teduhnya suasana membaut kami betah berlama-lama disini, sambil menikmati kelapa muda yang segar. Sesekali saya merebahkan badan saya di bangku, sambil memandang hijaunya dedaunan cemara diatas saya. Rasanya masih ingin berlama-lama di Pulau yang indah ini. Tapi waktu jua yang harus memisahkan.

WP_20140419_15_27_24_Pro_wm

” Bersiap meninggalkan Pulau Belitung “

Waktu semakin beranjak menjelang sore. Kami sudah berada di Bandara H.AS Hanandjoeddin. Setelah sebelumnya sempat mampir di Galeri KUMKM Belitung untuk membeli beberapa oleh-oleh dan cenderamata untuk dibawa pulang ke Jakarta. Motor kami tinggalkan di bandara sesuai arahan pemilik motor dan menitipkan kunci ke petugas pos di pintu masuk bandara.

Berakhir sudah liburan singkat kami ke Pulau Belitung. Liburan yang sangat mengesankan bagi saya. Walaupun saya sebelumnya sudah pernah mengunjungi Belitung tapi rasanya masih pengen menjelajahinya. Karena saya belum sempat menjelajahi Belitung bagian selatan di dua kesempatan saya mengunjungi pulau ini. Konon memiliki pantai-pantai yang tidak kalah cantik dan juga belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan pesawat Sriwijaya Air kami terbang kembali menuju Jakarta, membawa sejuta cerita dan kenangan akan keindahan dan petualangan seru di Pulau Belitung, Bumi Sang Laskar Pelangi. Sampai bertemu kembali di lain kesempatan.

[END]

Tags: , , , , , , , , , , ,

About Mitra PW

saya bukanlah siapa-siapa...hanya seseorang yang ingin menikmati kehidupan yang hanya sekali ini diberikan oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya...

Leave a comment